Arsitektur Bioklimatik
Definisi Arsitektur Bioklimatik
Arsitektur
bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana sistim
struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya
kondisinyaman bagi penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi
tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan
energidari alam sekitar bangunan tersebut.
Dengan
demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya
bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang
responsif terhadap lingkungan global yaitu kondisikenyamanan manusia dan
penggunaan energi secara pasif.
Arsitektur
Bioklimatik juga dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (Green
Architecture) yang diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagi
kebutuhan ventilasi dan pencahayaan bangunan.
Perkembangan Arsitektur Bioklimatik
Perkembangan
Arsitektur Bioklimatik berawal dari 1960-an. Arsitektur Bioklimatik merupakan
arsitektur modern yang dipengaruhi oleh iklim. Arsitektur bioklimatik merupakan
pencermian kembali arsitektur Frank Loyd Wright yang terkenal dengan arsitektur
yang berhubungan dengan alam dan lingkungan dengan prinsip utamanya bahwa
didalam seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi
juga ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan
yang sesuai dengan bangunannya, “Oscar Niemeyer dengan falsafah arsitekturnya
yaitu penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan, penguasaan secara
fungsional, dan kematangan dalam pengolahan secara pemilihan bentuk, bahan dan
arsitektur”.
Akhirnya dari
Frank Wright dan Oscar Niemeyer lahirlah arsitek lain seperti Victor Olgay pada
tahun 1963 mulai memperkenalkan arsitektur bioklimatik. Setelah tahun 1990-an
Kenneth Yeang mulai menerapkan arsitektur bioklimatik pada bangunan tinggi
bioklimatik yang memenangkan penghargaan Aga Khan Award tahun 1966 dan Arcasia Award
pada tahun 1966.
Pendekatan Arsitektur Bioklimatik
Pendekatan
desain arsitektur bioklimatik dengan demikian mengandung keandalan sebagai
salah satu tipe desain arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaan energi
saat pengoperasian bangunan. Sebagai bagian dari kelompok eco-arsitektur, maka
tujuan dari arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yang ramah
lingkungan, diantaranya turut berperan serta dalam meredam efek rumah kaca pada
lingkungan urban, misalnya melalui upaya pengurangan produksi gas CO2
dan CFC ke atmosfer.
Dalam praktek
proses perancangan arsitektur bioklimatik, digunakanlah diagram bioklimatik
sebagai bagian dari strategi teknik perancangan bangunan hemat energi.
Kontrol akan
variabel iklim dalam koridor kenyamanan termis dilakukan melalui penggunaan
diagram bioklimatik. Pada diagram tersebut tergambar area zona nyaman termis
menurut fungsi waktu harian, untuk kondisi rencana di dalam ruang maupun keadaan
di ruang luar.
Sejumlah
negara, dalam rangka kebijaksanaan penghematan energi di berbagai sektor,telah
menerapkan rancangan arsitektur dengan pendekatan bioklimatik seperti Commerzbank
di Frankfurt, NMB Bank Amsterdam, Audubon House di New York, Centre
International Rogier di Brussels.
Di lingkungan
berikim tropis lembab, penerapan desain arsitektur dengan pendekatan bioklimatik
pada kasus bangunan tinggi, diantaranya adalah hasil karya Ken Yeang yaitu Menara
Mesiniaga setinggi 15 lantai di Kuala Lumpur yang mendapatkan Aga Khan Award of
Architecture pada Tahun 1995 dan Arcasia Award pada Tahun 1996. Menurut perancangnya,
Menara Mesiniaga ini mampu mencapai efisiensi hingga 80%.
Dalam bidang perancangan
arsitektur, jaminan terhadap pencapaian standar kenyamanan,keselamatan dan
keamanan di dalam dan disekitar bangunan menjadi titik tolak kualitas hasil
rancangan. Berkaitan dengan aspek penghematan energi bangunan, jenis kenyamanan
yang berhubungan adalah kenyamanan termis dan kenyamanan penerangan (pencahayaan).
Dalam pandangan umum, untuk mencapai kenyamanan termis dan pencahayaan yang
memenuhi standar, seringkali kita dihadapkan pada kebutuhan penggunaan
perangkat pengkondisian udara mekanik (AC) dan lampu. Pemakaian AC dan lampu
jelas dituntut memerlukan energi listrik yang cukup besar. Jadi dalam hal ini,
tantangan terhadap pendekatan arsitektur bioklimatik adalah untuk mencapai
optimasi hasil rancangan guna mendapatkan dua tujuan sekaligus yaitu tercapainya
standar kenyamanan bagi pemakai bangunan dan hemat energi.
Kesimpulan :
Arsitektur
bioklimatik merupakan konsep yang dapat diandalkan dalam merancang bangunan
hemat energi. Adanya permasalahan konsumsi energi pada akhir-akhir ini
khususnya pada sektor bangunan membutuhkan jawaban dari para perancang agar
menyajikan rancangan yang berwawasan hemat energi. Para mahasiswa jurusan
arsitektur sudah selayaknya mendalami topik arsitektur bioklimatik ini, karena
merekalah yang dimasa mendatang harus mampu menjawab permasalahan energi
bangunan.
Source:
Komentar
Posting Komentar